Bolehkah Ibu Hamil Berpuasa?

Bolehkah-Ibu-Hamil-dengan-Anemia-Berpuasa

Puasa merupakan kewajiban umat muslim di seluruh dunia, baik laki-laki maupun perempuan. Puasa mengharuskan menahan lapar dan haus dari pagi hari (terbit fajar) hingga sore hari (terbenam matahari) atau kurang lebih selama 14 jam. Lantas, bagaimana dengan ibu hamil dimana kebutuhan gizinya lebih besar daripada wanita pada umumnya dan fase kehamilan menentukan perkembangan janin yang di kandungnya. Apakah ibu hamil yang berpuasa dapat memenuhi kebutuhan gizinya? Bolehkah ibu hamil menjalani puasa? Tim lagizi akan membahasnya.

Ahli kebidanan RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr. Aria Wibawa, menyatakan bahwa ibu hamil boleh berpuasa dengan syarat dan ketentuan.

Dalam Al Quran, Allah mewajibkan umat muslim untuk berpuasa. Namun, terdapat pengecualian untuk tidak berpuasa bagi orang dengan kondisi tertentu, yaitu: kondisi sakit, dalam perjalanan, dan bagi orang yang merasa berat dalam menjalankannya.

Pada umumnya, ibu hamil bukanlah orang dengan kondisi sakit, sehingga ibu hamil boleh berpuasa jika tidak merasa berat menjalankannya. Namun pada ibu hamil harus memperhatikan kondisi kehamilannya, karena untuk dapat tumbuh dan berkembang  dengan baik, janin membutuhkan zat gizi yang lengkap yang hanya bisa diperoleh melalui ibunya. Dengan demikian ibu hamil yang berpuasa hendaknya memperhatikan dan wajib mengutamakan kecukupan zat gizinya agar bayi yang dikandungnya dapat tumbuh sehat.

 ibu-hamil-puasa

Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, janin membutuhkan zat gizi, baik zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Zat gizi ini ada yang dapat diproduksi sendiri di dalam tubuh dan ada pula yang hanya bisa diperoleh dari makanan atau yang disebut zat gizi esensial. Zat gizi esensial ini antara lain: asam amino esensial, asam lemak esensial, vitamin, mineral dan air. Bahan ini tidak dapat “ditawar” harus terpenuhi baik pada ibu yang berpuasa ataupun ibu yang tidak puasa.

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dengan seksama:

1) Usia kehamilan

Tidaklah sama kebutuhan zat gizi (baik jumlah dan jenis) pada awal dan akhir kehamilan. Pada trimester 1, ukuran embrio sangat kecil sehingga jumlah zat gizi tidak diperlukan banyak namun diperlukan kelengkapan zat gizi karena merupakan fase penting pembentukan organ (organogenesis).  Sedangkan pada trimester 2 dan 3, jumlah kebutuhan gizi meningkat drastis seiring bertambahnya berat dan kebutuhan janin.

2) Status gizi ibu

Tidaklah sama kebutuhan gizi pada ibu hamil dengan kondisi underweight (kurang gizi) dan overweight (gizi berlebih). Bahkan terkadang ada ibu hamil dengan kondisi overweight yang sebenarnya mengalami malnutrisi (misalnya zat gizi mikro).

3) Status pertumbuhan janin

Tidaklah sama kebutuhan gizi pada ibu hamil yang pertumbuhan janinnya normal dan yang pertumbuhan janinnya terhambat.

Kondisi-kondisi di atas penting untuk diketahui sebagai strategi jika ibu hamil akan berpuasa.

 1641_gizi_ibu_hamil_saat_puasa

Zat gizi yang baik pada ibu hamil adalah zat gizi yang lengkap/memadai untuk memenuhi kebutuhan janin (bukan memenuhi kesukaan ibu). Zat gizi yang lengkap dan seimbang adalah jika memenuhi kriteria: jumlah, jenis dan jadwal pemberian (penilaian per hari).

Pada ibadah puasa, maka perubahan yang terjadi adalah pada jadwal pemberian makanan. Sedangkan jumlah dan jenis zat gizi haruslah tetap sama atau mendekati sama dengan kondisi jika tidak puasa.

Seorang ibu hamil bisa saja memanipulasi rasa lapar nya dan mengatakan kuat (tidak berat) berpuasa, namun sesungguhnya dalam kondisi puasa tubuhnya beradaptasi terhadap kadar gula darah yang rendah, sehingga menggunakan sumber energi cadangan dalam tubuh: yaitu lemak dan protein. Masalah muncul jika ibu hamil tidak memiki cukup cadangan kalori, misalnya pada ibu dengan status malnutrisi atau status underweight. Pada kondisi tersebut maka akan mengurangi “jatah” zat gizi ke plasenta dan janin. Jika ini terjadi pada waktu lama maka dapat mengganggu pertumbuhan janin, bahkan dapat menimbulkan komplikasi persalinan.

Untuk menghindari kondisi tersebut ibu hamil yang berpuasa haruslah memiliki strategi, agar jumlah dan jenis zat gizi ke janin tetap terpenuhi secara lengkap. Di antaranya:

 640xauto-ibu-hamil-bolehkah-berpuasa-130709m-3

  • Mempersiapkan diri sebelum memasuki bulan Ramadan dengan meningkatkan cadangan kalori dalam tubuh. Cadangan kalori ibu hamil dapat dinilai dengan peningkatan berat badan yang sesuai. Waspadalah jika berat badan ibu hamil turun atau tidak naik secara proposional.
  • Gunakan pola 2 kali makan besar (makan lengkap) dan 2 kali makan kecil (camilan/susu formula kehamilan) selama waktu buka hingga sahur. Contohnya: saat berbuka (makan kecil), bada isya (makan besar), sebelum tidur (makan kecil) dan saat sahur (makan besar).
  • Saat sahur, makanlah dengan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti: gandum, nasi (terutama nasi merah). Batasi bahan tepung seperti mie atau kue.
  • Konsumsi makanan sumber protein, minimal 4 jenis per hari.
  • Konsumsi daging merah (sapi) dan daging putih (ayam dan ikan), masing-masing setidaknya 4 kali dalam 1 minggu.
  • Konsumsi sayur hijau (terutama bayam) setidaknya 4 kali dalam 1 minggu
  • Hindari makanan/camilan manis berlebihan karena membuat rasa kenyang hingga tidak bisa lagi mengonsumsi ragam makanan lainnya (protein dan serat).
  • Hindari minum terlalu banyak dalam sekali waktu (biasanya saat berbuka)karena menyebabkan rasa kenyang dan kembung. Gunakan pola minum sedikit tapi sering dengan jumlah yang disesuaikan dengan berat badan, yaitu 30 ml/kg berat badan.
  • Hindari kopi, teh atau minuman berkarbonasi dalam jumlah banyak (berlebihan). Disarankan air putih atau air mineral.
  • Disarankan minum susu formulasi kehamilan atau suplemen pengganti lainnya (sesuai petunjuk dokter), terutama jika tidak dapat memenuhi jumlah dan beragam jenis zat gizi.
  • Membuat daftar menu (baik makan besar dan makan kecil) untuk seminggu/sebulan, sehingga dapat terlihat jika terdapat kekurangan.
  • Berkonsultasi dan selalu dalam pengawasan praktisi gizi, sebelum dan selama ibu hamil berpuasa.

Tidak semua ibu hamil boleh berpuasa. Berikut adalah beberapa kondisi dimana ibu hamil tidak disarankan berpuasa:

  • Menderita penyakit tertentu, terutama yang mengganggu sistem metabolisme seperti : diabetes melitus, penyakit infeksi kronis dan gangguan pencernaan.
  • Ibu dengan kondisi malnutrisi. Termasuk juga malnutrisi bahan nutrisi mikro
  • Ibu yang merasa berat untuk berpuasa. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal:
  • Mual dan muntah pada trimester 1.
  • Perubahan metabolisme dalam tubuh ibu yang menyebabkan ibu lebih sering merasa lapar. Lelah karena beban tubuh yang berat.
  • Ibu tidak mampu lakukan strategi pemenuhan nutrisi (seperti dijelaskan di atas)
  • Pertumbuhan janin terhambat.Kondisi ini dapat disebabkan atau diperberat oleh malnutrisi ibu. Pertumbuhan janin terhambat dapat dideteksi oleh dokter (dengan alat usg).
  • Saat persalinan atau mendekati saat persalinan. Pada kondisi tersebut ibu hamil memerlukan energi yang cukup besar.

KESIMPULAN:

Ibu hamil boleh menjalankan ibadah puasa. Namun demikian syarat dan ketentuan berlaku baik secara syariah ataupun secara medis.

Semoga bermanfaat

SELAMAT IBADAH RAMADAN

Writer     : Novia Akmaliyah, S.Gz

Editor & Proofreader : Jansen Ongko, MS.c, RD

Referensi:

  • ask-jansen.com