Jenis Gula Pemicu Obesitas

sugar cravings

Gula merupakan sumber karbohidrat yang sulit dilepas dari kehidupan manusia, baik sebagai adonan, bumbu masakan maupun penambah cita rasa. Berbagai jenis gula yang beredar di masyarakat, di antaranya gula pasir, gula jawa, gula merah, dan juga sirup jagung tinggi fruktosa (HFCS) yang mulai banyak digunakan di industri makanan. Pada HFCS terdiri dari 2 molekul, glukosa dan fruktosa.

Glukosa penting bagi tubuh karena berperan dalam metabolisme tubuh. Tubuh akan menghasilkan glukosa dan mengalirkannya ke seluruh organ untuk melaksanakan fungsinya masing-masing. Jika tidak memperoleh glukosa dari diet, tubuh akan tetap menghasilkan glukosa dari pemecahan lemak dan protein.

Berbeda hal nya dengan fruktosa. Molekul ini bukan bagian alami dari metabolisme dan tubuh tidak memproduksinya. Bahkan sangat sedikit sel tubuh yang dapat memanfaatkannya. Ketika mengonsumsi banyak gula, sebagian besar fruktosa akan dimetabolisme oleh hati, ada yang diubah menjadi lemak kemudian disekresikan ke dalam darah.

Berikut yang menyebabkan gula dapat memicu kegemukan:

  • Fruktosa dapat Menyebabkan Resistensi Insulin

Hormon insulin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Hormon ini berperan penting dalam metabolisme tubuh dan penggunaan energi. Insulin disekresikan oleh pankreas kemudian dialirkan ke sel-sel perifer seperti sel otot.

Ketika Anda mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah akan meningkat. Kelebihan glukosa akan memicu pankreas mengeluarkan insulin agar kadar glukosa dalam darah tetap normal. Konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan mekanisme insulin dalam tubuh menjadi terganggu. Sel-sel akan menjadi resisten terhadap efek insulin, sehingga pankreas harus mengeluarkan lebih banyak insulin untuk mendorong glukosa masuk ke dalam sel. Seseorang yang mengalami resistensi insulin memiliki kadar insulin lebih banyak dalam darah dan berisiko mengidap diabetes tipe II.

Insulin bukan hanya berfungsi terhadap metabolisme glukosa, melainkan juga berperan mengirimkan sinyal ke sel lemak untuk mengambil lemak dari aliran darah, menyimpannya dan untuk menghindari pembakaran lemak.

Ketika kadar insulin meningkat, banyak energi dalam aliran darah yang disimpan dalam sel lemak. Konsumsi fruktosa berlebih akan menyebabkan resistensi insulin dan kadar insulin dalam darah meningkat. Ketika hal ini terjadi, tubuh akan sulit mengakses lemak yang disimpan dan otak mulai berpikir bahwa hal tersebut merupakan respon lapar atau waktunya untuk makan.

  • Fruktosa dapat Menyebabkan Resistensi Hormon Leptin

Fruktosa juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan karena efeknya terhadap hormon leptin. Leptin diseksresikan oleh sel lemak. Semakin besar sel lemak, semakin banyak leptin yang disekresikan. Hal ini menyebabkan tubuh mengirimkan sinyal ke otak untuk memproduksi cadangan lemak.

Ketika Anda mengonsumsi makanan, beberapa diantaranya akan disimpan dalam sel lemak. Hal ini menyebabkan sel lemak semakin besar dan sekresi leptin lebih banyak. Ketika otak merasakan peningkatan leptin, otak akan mengirimkan sinyal bahwa tubuh sudah kenyang dan tidak perlu makan lagi sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan. Peningkatan leptin juga menyebabkan pelepasan lemak dari cadangan lemak lebih banyak dan meningkatkan metabolisme.

Apabila terjadi resistensi terhadap leptin, proses ini tidak akan bekerja. Otak tidak dapat menerima sinyal dari leptin, sehingga tubuh tidak mengetahui bahwa sel lemak telah penuh dan tidak ada sinyal untuk berhenti makan. Hal inilah yang menyebabkan resistensi leptin dapat menyebabkan kegemukan. Otak berpikir bahwa tubuh kelaparan dan membuat tubuh mengonsumsi lebih banyak dan pembakaran sedikit.

 leptin-chart

Diet tinggi fruktosa dapat menyebabkan resistensi leptin. Hal ini dikarenakan fruktosa dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah, yang menghambat transportasi leptin dari darah ke otak. Kelebihan gula akan merusak regulasi lemak dalam tubuh.

  • Fruktosa tidak Mengenyangkan seperti Glukosa

Cara tubuh dan otak mengatur asupan makanan sangat kompleks dan melibatkan beberapa hormon dan sistem saraf yang diatur oleh hipotalamus. Sebuah penelitian yang dipublikasi pada tahun 2013 tentang efek fruktosa dan glukosa pada rasa kenyang dan asupan makan menyatakan bahwa mengonsumsi glukosa akan menurunkan aliran darah dan aktivitas hipotalamus, sehingga asupan makanan akan terkontrol, namun apabila mengonsumsi fruktosa tidak berdampak demikian.

Mengonsumsi glukosa memicu efek lebih kenyang dibandingkan mengonsumsi fruktosa. Hal ini menunjukkan mengonsumsi fruktosa walaupun memiliki kalori yang sama dengan glukosa, namun tidak memiliki efek kenyang yang sama.

Hormon penting lainnya adalah ghrelin, yang disebut hormon lapar. Semakin banyak ghrelin, semakin kita merasa lapar. Studi menunjukkan bahwa fruktosa tidak mengurangi kadar ghrelin, seperti yang dilakukan glukosa.

  • Gula dapat Menyebabkan Ketagihan

sugar craving

Gula dapat menyebabkan kecanduan seperti pada obat-obatan terlarang, karena konsumsi gula dapat memberikan  efek “kesenangan” dengan meningkatkan sekresi efek dopamin pada otak. Stimulasi ini sama seperti ketika mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti nikotin dan kokain. Seseorang yang mengalami sugar craving sangat sulit untuk berhenti mengurangi konsumsi gula meskipun tahu efek yang ditimbulkan.

Berdasarkan American Heart Association (AHA), konsumsi gula maksimal setiap harinya adalah sebagai berikut::

  • Laki-laki: 150 kalori per hari (37,5 gram atau 9 sendok teh)
  • Perempuan: 100 kalori per hari (25 gram atau 6 sendok teh)

Jadi, mulailah berhati-hati dengan konsumsi gula, karena selain dapat memicu kegemukan, juga berdampak pada risiko penyakit lainnya.

Writer  : Novia Akmaliyah, S.Gz

Editor & Proofreader: Jansen Ongko, MS.c, RD

Referensi         :

  • Banks WA, Coon AB, Robinson SM, Moinuddin A, Shultz JM, Nakaoke R, Morley JE. 2004. Triglycerides induce leptin resistance at the blood-brain barrier. Diabetes. 53 (5): 1253-60.
  • Basciano H, Federico L, Adeli K. 2005. Fructose, insulin resistance, and metabolic dyslipidemia. Nutrition & Metabolism. 2: 5. DOI: 10.1186/1743-7075-2-5
  • Gunnars K. 2013. 4 ways sugar makes you fat. [tersedia pada: http://authoritynutrition.com/4-ways-sugar-makes-you-fat/]
  • Janssens JP. Shapira N. Debeuf P. Michiels L, Putman R, Bruckers L, Renard D, Molenberghs G. 1999. Effects of soft drink and table beer consumption on insulin response in normal teenagers and carbohydrate drink in youngsters. Eur J Cancer Prev. 8 (4): 289-95.
  • Johnson RK, et al. Dietary sugars intake and cardiovascular health: a scientific statement from the American Heart Association. Circulation. 120 (11): 1011-20. DOI: 10.1161/CIRCULATIONAHA.109.192627. Epub 2009 Aug 24.
  • Page KA, et al. 2013. Effects of fructose vs glucose on regional cerebral blood flow in brain regions involved with appetite and reward pathways. JAMA. 2; 309 (1): 63-70. DOI: 10.1001/jama.2012.116975
  • Rada P. Avena NM, Hoebel BG. 2005. Daily bingeing on sugar repeatedly releases dopamine in the accumbens shell. Behavioural neuroscience. 134 (3): 737-744.
  • Welsh JA, Sharma AJ, Grellinger L, Vos MB. Consumption of added sugars is decreasing in the United States. Am J Clin Nutr. 94 (3): 726-734. DOI: 10.3945/ajcn.111.018366