Mengupas Junk Food

fastfood

Banyak masyarakat yang keliru dalam membedakan antara fast food dan junk food, padahal keduanya tidak selalu sama. Artikel ini bertujuan untuk meluruskan pemahaman keliru tersebut.

Junk food merupakan julukan yang disematkan pada kategori makanan yang minim gizi dan diproses dalam waktu yang relatif cepat untuk bisa segera dikonsumsi seperti yang banyak tersedia di restoran cepat saji. Walau begitu, julukan junk food tidak ekslusif untuk aneka makanan yang ditemui pada restoran-restoran cepat saji saja tetapi untuk seluruh jenis makanan / minuman yang tinggi akan kandungan garam, tinggi kalori dari gula dan lemak tetapi rendah kandungan gizi lain (vitamin, mineral dan serat). Beberapa contohnya seperti gorengan, makanan daging olahan (nugget, sosis, kornet), mi instan serta makanan ringan lainnya dengan kandungan serupa. Buah-buahan termasuk cepat saji, tetapi tidak tergolong kategori makanan ini karena kaya bergizi tinggi.

Makanan yang disediakan oleh restoran cepat saji dianggap sebagai solusi bagi masyarakat urban yang memiliki jadwal kesibukan yang padat, namun solusi ini memiliki konsekuensi negatif yang jarang mereka sadari. Banyak yang kesulitan berhenti makan makanan cepat saji, terutama yang masuk dalam kategori junk food, karena rasanya sangat enak. Terlalu sering mengonsumsi junk food apabila tidak diimbangi dengan pola makan sehat dan rutin olahraga berpotensi besar untuk mengalami gangguan kesehatan.

Makanan cepat saji yang masuk dalam kategori junk food seringkali diproses melalui cara digoreng dalam minyak dengan jumlah banyak dan sangat panas oleh karena mudah dan efisien dari segi waktu. Proses memasak dengan pemanasan berlebih inilah yang mempengaruhi dan merusak kandungan gizinya. Teknik ini membuat minyak terserap ke dalam makanan mencapai 65%, sehingga dapat meningkatkan kandungan kalorinya. Selain digoreng, makanan cepat saji juga banyak yang mengandung tinggi kadar gula, contohnya seperti soft drink, cake dan kue-kue kering.

Terlalu sering mengonsumsi junk food seperti gorengandapat menyebabkan lemak trans menumpuk di dalam tubuh. Penumpukan lemak trans dapat mengakibatkan obesitas dan timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, kerusakan hati, tekanan darah tinggi, dan lain-lain.

salad

Sebisa mungkin batasi makan junk food atau tidak menjadikannya sebagai menu utama harian. Apabila tidak dapat menghindari untuk mengonsumsi makanan jenis ini atau sedang berada di restoran cepat saji yang banyak junk foodnya maka pilihlah dengan bijak. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan misalnya dengan memodifikasi menu pesanan agar lebih sehat, menambahkan menu sayuran, mengganti pilihan minuman bersoda dengan air putih dan memilih ayam goreng bagian dada dengan menyisihkan bagian tinggi lemak seperti kulitnya.

Kesimpulan

Dalam era modern seperti sekarang ini, makanan cepat saji sulit dihindari tetapi tidak perlu ditakuti. Pola makan yang baik adalah dengan memakai patokan 80-20, yang artinya sumber makanan sehat lebih dominan daripada yang kurang sehat, yaitu sebesar 80% makanan sehat dan 20% makanan kurang sehat seperti junk food. Terlalu ketat dalam mengatur pola makan hanya akan meningkatkan risiko mengalami eating disorder bagi yang menjalaninya.

Writer  : Novia Akmaliyah, S.Gz

Editor & Proofreader: Jansen Ongko, MS.c, RD

Referensi         :

  • Bowman SA, Gortmaker SL, Ebbeling CB, Pereira MA, Ludwig DS. 2004. Effects of Fast-Food Consumption on Energy Intake and Diet Quality Among Children in a National Household Survey. Pediatrics Vol 113 No. 1.
  • Bowman SA, Vinyard BT. 2004. Fat Food Consumption of U. S. Adult: Impact on Energy and Nutrient Intakes and Overweight Status. Journal of the American College of Nutrition. Vol. 23, No. 2, 163-168. DOI: 10.1080/07315724.2004.10719357