Waspada Mitos Diet Alkali

diet-alkali-0m63fQU2Zv-660x330

Diet alkali merupakan salah satu diet yang terkenal di masyarakat. Mengganti makanan pembentuk asam dengan makanan yang bersifat alkali dapat meningkatkan kesehatan. Diet ini dipercaya dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, serta menurunkan risiko penyakit lainnya. Beberapa ahli kesehatan ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju dengan hal ini, sehingga membuat diet ini masih kontroversial.

Apa itu Diet Alkali?

Diet alkali atau yang dikenal dengan diet asam-alkali atau diet abu alkali didasarkan pada keyakinan bahwa makanan tertentu bisa mempengaruhi keasaman atau kebasaan (pH) cairan tubuh. Ketika mengonsumsi makanan tertentu maka metabolisme tubuh akan bekerja dan membakar makanan tersebut sehingga menghasilkan abu residu. Abu residu inilah yang dipercaya bersifat asam atau basa (atau netral) yang mempengaruhi keasaman tubuh.

Konsumsi makanan dengan abu asam diyakini akan membuat tubuh menjadi asam dan apabila mengonsumsi makanan dengan abu alkali akan membuat tubuh menjadi basa. Sedangkan abu netral tidak mempengaruhi keasaman tubuh.

Abu asam diduga dapat meningkatkan risiko terserang penyakit, sedangkan abu alkali dapat mencegahnya. Dengan begitu muncullah klaim dengan mengonsumsi makanan alkali, Anda dapat meningkatkan kondisi kesehatan.

alkaline-diet-phchart

Makanan yangg meningkatkan abu asam diantaranya protein, fosfat,sulfur, sementara makanan yang mengandung alkali adalah kalsium, magnesium, dan kalium. Berikut kelompok makanan tertentu yang dianggap asam, basa, atau netral:

  • Asam: Daging, unggas, ikan, susu, telur, biji-bijian, dan alkohol
  • Alkali : Lemak alami, pati, dan gula
  • Alkalin: Buah-buahan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran

Level pH Tubuh

tes-urine-bisa-dilakukan-untuk-beberapa-hal-ini-alodokter

Bicara mengenai diet alkali tidak dapat lepas dari nilai pH tubuh. Nilai pH merupakan ukuran seberapa asam atau basa suatu hal dengan nilai 0-14:

  • 0-7 adalah asam
  • 7 adalah netral
  • 7-14 adalah alkali

Untuk mengetahui pH tubuh, banyak dilakukan dengan memantau nilai pH urin. Namun, yang perlu diketahui adalah nilai pH dalam tubuh bervariasi, beberapa bagian bersifat asam, dan yang lain dapat bersifat basa. Contohnya pH lambung yang mengandung asam klorida memiliki nilai pH 2-3,5 (sangat asam). Hal ini sangat diperlukan untuk membantu proses pemecahan makanan. Di sisi lain, darah manusia selalu sedikit basa, dengan pH 7,35-7,45.

Efek Makanan terhadap pH Urin, bukan pH Darah

Hal yang penting untuk dipahami adalah pH darah tetap stabil, jika nilai pH darah berada di luar nilai normal, sel tubuh akan berhenti bekerja dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, tubuh memiliki mekanisme efektif untuk mengatur keseimbangan pH dalam tubuh yang dikenal sebagai keseimbangan asam-basa. Sistem ini disebut juga mekanisme buffer systems.

Keseimbangan asam-basa ini membuat pH darah tetap berada pada nilai normal. Dan makanan tidak dapat mengubah pH darah ini. Meskipun begitu, makanan dapat mempengaruhi nilai pH urin. Hal ini merupakan salah satu cara tubuh mengatur pH darah, dengan mengeluarkan asam melalui urin.

Setelah mengonsumsi protein dalam jumlah besar, beberapa jam kemudian urin Anda akan lebih asam karena tubuh mengeluarkannya agar pH darah tetap normal. pHurin bukanlah indikator keseluruhan kesehatan tubuh, karena pH urin juga dipengaruhi oleh faktor lain selain diet dan pH urin tidak berpengaruh langsung terhadap pH darah.

 

Makanan yang Mengandung Asam Tidak Menyebabkan Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit tulang progresif yang ditandai dengan penurunan kandungan mineral pada tulang yang dapat meningkatkan risiko patah tulang. Penyakit ini umumnya dialami wanita menopause.

Banyak pelaku diet alkali percaya bahwa untuk mempertahankan pH darah tetap stabil, tubuh membutuhkan mineral alkali (seperti kalsium) yang diperoleh dari tulang untuk menyeimbangkan asam dari makanan yang dikonsumsi.

Menurut teori hipotesis asam-abu dari osteoporosis, menyatakan bahwa diet asam akan menyebabkan kepadatan mineral tulang menurun. Namun teori ini mengabaikan fungsi ginjal, dimana peran utama ginjal salah satunya menghilangkan asam dan mengatur pH tubuh. Ginjal menghasilkan ion bikarbonat yang menetralisir asam dalam darah.

Sistem pernapasan juga terlibat dalam mengendalikan pH darah. Ketika ion bikarbonat dari ginjal mengikat asam dalam darah, sistem pernapasan akan membentuk karbondioksida (yang dihembuskan keluar) dan air (yang dikeluarkan melalui urin).

Tulang sebenarnya tidak terlibat dalam proses ini. Teori hipotesis asam-abu juga mengabaikan salah satu faktor pendorong utama osteoporosis, yaitu hilangnya kolagen protein dari tulang. Hilangnya kolagen ini sangat berhubungan dengan rendahnya tingkat asam orthosilik dan asam askorbat (vitamin C) dalam diet.

protein-foods

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungannya antara asam makanan dengan kepadatan tulang atau risiko patah tulang, bahkan tidak ada hubungannya dengan pH urin dan kesehatan tulang. Diet tinggi protein (pembentuk asam) sangat berkaitan dengan tulang sehat karena dapat meningkatkan retensi kalsium dan mengaktifkan hormon IGF-1 yang merangsang perbaikan otot dan tulang.

Bagaimana dengan Keasaman dan Kanker?

pH makanan juga seringkali dikaitkan dengan asidosis dan kanker. Penelitian menunjukkan bahwa hal ini tidak berhubungan secara langsung. Meskipun banyak yang berpendapat bahwa kanker hanya tumbuh di lingkungan asam dan dapat disembuhkan dengan diet alkali, namun hal tersebut disanggah dalam banyak penelitian.

Pertama, makanan tidak mempengaruhi pH darah

Kedua adalah karena sel-sel kanker tidak terbatas pada lingkungan asam.

Bahkan kanker dapat tumbuh di jaringan tubuh normal yang memiliki pH sedikit basa 7,4. Banyak penelitian telah membuktikan hal ini bahwa sel kanker dapat tumbuh juga di lingkungan alkali.Bukanlah lingkungan asam yang menciptakan kanker, melainkan kanker tersebut yang menciptakan lingkungan asam.

Kesimpulan

Diet alkali sebenarnya cukup sehat karena mendorong peningkatan konsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan nabati sehat lainnya serta membatasi konsumsi makanan olahan seperti junk food. Namun, klaim kesehatan diet ini masih harus ditinjau kembali agar tidak salah persepsi mengenai diet alkali.Asam sangat penting untuk kehidupan manusia, termasuk diantaranya asam amino, asam lemak, dan DNA (asam deoksiribonukleat).

Bagaimana dengan air alkali? Kami yakin Anda sudah dapat menyimpulkan jawabannya. Semoga bermanfaat.

Writer  : Novia Akmaliyah, S.Gz

Editor & Proofreader: Jansen Ongko, MS.c, RD

Referensi         :

  • Bonjour J. 2013. Nutritional disturbance in acid–base balance and osteoporosis: a hypothesis that disregards the essential homeostatic role of the kidney. British Journal of Nutrition. 110 (7): 1168-1177.
  • Fenton TR, Lyon AW, Eliasziw M, Tough SC, Hanley DA. 2009. Phosphate decreases urine calcium and increases calcium balance: a meta-analysis of the osteoporosis acid-ash diet hypothesis. Nutr J. 8 (41). DOI: 10.1186/1475-2891-8-41.
  • Koppen BM. 2009. The kidney and acid-base regulation. American Physiological Society. 33 (4): 275-281. DOI: 10.1152/advan.00054.2009
  • Leech J. 2015. The alkaline diet myth: An evidence-based review. [tersedia pada: https://authoritynutrition.com/the-alkaline-diet-myth/]
  • Martinez-Zaquilan R, Seftor EA, Seftor RE, Chu YW, Gillies RJ, Hendrix MJ. 1996. Acidic pH enhances the invasive behavior of human melanoma cells. Clin Exp Metastasis. 14 (2): 176-86
  • McLean et al. 2011. Dietary acid load is not associated with lower bone mineral density except in older men. Journal of Nutrition. 141 (4): 588-594. DOI: 10.3945/jn.110.135806.
  • Remer T, Manz F. 1995. Potential renal acid load of foods and its influence on urine pH. J Am Diet Assoc. 95 (7): 791-7.
  • Robey IF. 2012. Examining the relationship between diet-induced acidosis and cancer. Nutrition &Metabolism. 9: 72. DOI: 1186/1743-7075-9-72
  • Saito M, Marumo K. 2010. Collagen cross-links as a determinant of bone quality: a possible explanation for bone fragility in aging, osteoporosis, and diabetes mellitus. Osteopoeos Int. 21 (2): 195-214. DOI: 10.1007/s00198-009-1066-z.
  • Santo NG, Capasso G, Malnic G, Anastasio P, Spitali L, D’Angelo A. 1997. Effect of an acute oral protein load on renal acidification in healthy humans and in patients with chronic renal failure. Journal of the American Society of Nephrology. 8 (5): 784-792
  • Tobey JA. 1936. The question of acid and alkali forming foods. American Journal of Public Health. Vol. 26. DOI: 10.2015/ajph.26.11.1113