Apa Saja Kebutuhan Gizi Lansia?

lansiaa

Setiap orang pasti mengalami proses menua. Proses menua ini dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Lantas, bagaimana kebutuhan gizi lansia? Tim Lagizi akan membahasnya.

Proses Menua

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita sel serta tubuh manusia.

Menurut WHO, batasan usia lansia meliputi:

  • Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
  • Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
  • Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
  • Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

 lansia

Perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain:

  • Massa otot akan berkurang dan massa lemak bertambah, mengakibatkan jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis halus. Oleh karena itu lansia seringkali terlihat kurus.
  • Penurunan indera penglihatan yang seringkali dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C, dan asam folat. Juga terjadi gangguan pada indera pengecap yang berhubungan dengan kekurangan kadar Zinc yang menyebabkan menurunnya nafsu makan. Untuk penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
  • Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal mengakibatkan gangguan pada fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
  • Menurunnya mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri, serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.
  • Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif, dan kesulitan mengunyah makanan, juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
  • Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat.
  • Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk melakukan fungsinya juga menurun, sehingga dapat menyebabkan pengenceran natrium yang menimbulkan rasa lelah.
  • Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut. Lansia biasanya mengurangi minum karena hal ini sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.

 

Kebutuhan Gizi Lansia

Banyak asupan zat gizi yang harus ditingkatkan agar lansia tetap sehat dan dapat beraktivitas dengan baik. Namun beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya asam lemak omega 3 (dapat diperoleh dari minyak ikan), perbanyak air putih, perhatikan konsumsi garam, perhatikan asupan vitamin D dan kalsium.

  • Kalori

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang berusia lanjut akan menurun sekitar 15-20%, disebabkan karena berkurangnya massa otot dan aktivitas. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 30% lemak dan sisanya karbohidrat.

  • Protein

protein-foods

Pada lansia terjadi penurunan massa otot, namun ternyata kebutuhan tubuh akan protein tidak berkurang, bahkan harus ditingkatkan karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang, disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien. Beberapa penelitian merekomendasikan kebutuhan protein lansia ditingkatkan 12-14% dari kebutuhan untuk orang dewasa.

  • Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak yang terlalu tinggi (lebih dari 40%) dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.

  • Karbohidrat dan Serat

Lansia tetap dianjurkan mengonsumsi serat. Sumber serat yang baik adalah sayuran, buah-buahan dan biji-bijian utuh. Konsumsi suplemen serat tidak dianjurkan bagi lansia karena dikhawatirkan konsumsi serat yang terlalu banyak dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat.

Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks.

  • Vitamin dan Mineral

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya lansia kurang mengonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E. Kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.

Selain itu, beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

  • Perhatikan asupan asam lemak omega 3

Asam lemak omega 3

Minyak ikan mengandung asam lemak omega 3. Menurut AKG 2013, kebutuhan omega 3 lansia adalah sebesar 1,6 gram. Perlu diwaspadai jika minyak ikan dikonsumsi terlalu banyak (berlebihan/overdosis) maka dapat menurunkan kadar vitamin E di dalam tubuh manusia.

 

  • Perhatikan asupan garam setiap harinya

Kebanyakan lansia menderita hipertensi sehingga penting untuk memperhatikan asupan garam harian dan membatasi makanan yang asin.

  • Perbanyak asupan vitamin D dan kalsium

Vitamin D penting untuk penyerapan kalsium dan pemeliharaan tulang. Selain itu, suplemen vitamin D dapat mengurangi kejadian patah tulang nonvertebral pada pria dan wanita lansia. Kombinasi kalsium dan vitamin D dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang serta mengurangi risiko pinggul dan patah tulang belakang. Kalsium dan vitamin D menjadi kebutuhan harian tertinggi pada wanita menopause dan laki-laki lanjut usia, yaitu 1500 mg kalsium dan 400-800 IU vitamin D. Vitamin D dapat diperoleh dari paparan sinar matahari. Sinar ultraviolet dari matahari meningkatkan sintesis vitamin D3 (cholecalciferol) dalam kulit. Hal ini terjadi dalam waktu 15 menit setelah terpapar dari sinar matahari. Vitamin D juga dapat ditemukan dalam beberapa sumber makanan, termasuk susu, kuning telur, ikan laut, dan hati

 

  • Perhatikan asupan vitamin B

Memasuki usia diatas 50 tahun, akan terjadi perubahan dalam produksi asam lambung sehingga berdampak pada proses penyerapan vitamin B12.

Semoga bermanfaat.

Writer  : Novia Akmaliyah, S.Gz

Editor & Proofreader: Jansen Ongko, MS.c, RD

Referensi         :

  • http://www.helpguide.org/articles/healthy-eating/eating-well-as-you-age.htm
  • http://www.indi.ie/fact-sheets/fact-sheets-on-nutrition-for-older-people/509-good-nutrition-for-the-older-person.htm
  • http://www.who.int/nutrition/topics/ageing/en/index1.html
  • Proses menua. [tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/3595/1/keperawatan-ismayadi.pdf]
  • Moyer VA. 2013. Clinical Guidline Vitamin D and Calcium Supplementation to Prevent in Adults.
  • Prentice A. 2004. Diet, Nutrition, and the Prevention of Osteoporosis. Public Health Nutrition: 7 (1A). p. 227-243