Hubungan Olahraga Dan Prestasi Akademis Anak

Masa kecil merupakan masa dimana seorang anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pola makan dan aktivitas yang tidak seimbang, serta stress akibat pelajaran di sekolah dapat memicu obesitas dan gangguan kesehatan lainnya.

Anak-anak secara tidak langsung didorong untuk bersekolah, dimana mereka menghabiskan 6-7 jam untuk belajar. Bukan hanya itu, orangtua seringkali menuntut anak untuk mendapatkan nilai ujian yang tinggi guna melatih otak, tanpa memperhatikan tumbuh kembang anak. Saat pulang ke rumah, cukup banyak tugas rumah yang harus dikerjakan sehingga waktu bermain dan istirahat anak menjadi berkurang. Hal ini dapat memicu gaya hidup yang tidak sehat pada anak.

Aktivitas fisik pun menjadi sangat terbatas karena padatnya jadwal anak untuk kegiatan pendidikan. Waktu luang yang dimiliki anak kebanyakan digunakan untuk bermain game daripada dihabiskan untuk bermain di luar rumah bersama teman-teman seperti berlari di sekitar lapangan, bermain layang-layang, dan lain-lain. Akibatnya anak menjadi kurang aktif bergerak, sehingga membuat pertumbuhan badan tidak optimal, imunitas menjadi lemah, cenderung gemuk, kurang fleksibel dan gampang sakit. Ketika dewasa, hal ini berpotensi menyebabkan peningkatan risiko penyakit berbahaya seperti jantung, stroke, diabetes dan bahkan kanker. Teknologi yang terus berkembang membuat anak harus belajar ekstra. Apabila diteruskan begini tentunya akan memicu stress pada anak.

kids study math 1

Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan perkembangan fungsi otak. Anak yang aktif bergerak mengalami peningkatan kemampuan kognitif, lebih perhatian, tidak agresif, lebih menikmati pekerjaan sekolah dan memiliki nilai akademis yang baik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai ujian anak, tentunya perlu ditingkatkan pula aktivitas fisiknya.

Olahraga mempengaruhi fungsi jantung, paru-paru, dan otak. Ketika nilai pelajaran pada anak turun, yang harus dilakukan bukanlah menambah jam belajar, namun lebih disarankan untuk meningkatkan aktivitas olahraga agar anak dapat lebih fokus dan dapat memahami pelajaran yang diajarkan. Menambah jam belajar justru akan membuat anak lebih stress dan mengganggu kondisi kesehatannya secara keseluruhan. Olahraga bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan fungsi otak, namun juga untuk meningkatkan kebugaran dan kinerja tubuh.

Penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki berusia 15-19 tahun yang mengalami obesitas meningkat dari 14% menjadi 31% pada tahun 2007-2009. Sedangkan pada anak perempuan berusia, terjadi kenaikan dari 14% menjadi 25%. Di sisi lain, terjadi penurunan fleksibilitas dan kekuatan otot. Hal ini dipicu karena peningkatan jam belajar dan kurangnya aktivitas fisik pada anak yang justru akan berdampak buruk bagi anak. The American Heart Association merekomendasikan aktivitas fisik untuk anak adalah minimal 60 menit setiap hari dengan aktivitas sedang, seperti bersepeda, berlari, bermain bola, bermain skuter dan lain-lain.

kids scooter

Aktivitas fisik dapat membantu anak untuk:

  • Mengontrol berat badan
  • Menurunkan tekanan darah
  • Meningkatkan kolesterol HDL (kolesterol baik)
  • Menurunkan risiko diabetes dan beberapa jenis kanker
  • Meningkatkan psikologi menjadi lebih baik
  • Tumbuh kembang organ tubuh menjadi optimal

Sebagai orangtua dan tenaga pendidik, sudah sebaiknya menyeimbangkan antara porsi belajar dan aktivitas anak agar terbentuk keseimbangan dalam hidup mereka.

Semoga bermanfaat.

Writer     : Novia Akmaliyah, S.Gz

Editor & Proofreader : Jansen Ongko, MS.c, RD

Referensi:

  • http://www.cdc.gov/physicalactivity/basics/children/
  • http://www.heart.org/HEARTORG/HealthyLiving/HealthyKids/ActivitiesforKids/The-AHAs-Recommendations-for-Physical-Activity-in-Children_UCM_304053_Article.jsp#.Vx3Fb_l97IU
  • http://www.theglobeandmail.com/opinion/editorials/mind-the-body-teachers/article29724440/